RANTAI THORIQOH `ALAWIYYAH & AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH
RANTAI THORIQOH `ALAWIYYAH
Inilah sedikit penjelasan tentang Thoriqoh `Alawiyyah, yaitu jalan yang ditempuh oleh `Ulama assholihun dari golongan sadah ‘alawiyien. Yang mana ia adalah sebaik-baik thoriqoh.Sebagaimana Alhabib Abdulloh bin Husein bin Thohir Rohimahullohu `anhu menjelaskannya didalam salah satu kitab beliau, yaitu :
“ Ketahuilah oleh kalian, semoga rohmat Allah tercurah atas kita, bahwa sesungguhnya paling benarnya perkataan adalah Firman Allah SWT, dan paling baiknya jalan adalah jalannya baginda Rosululloh saw.”, Alloh swt berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُم
Yang maksudnya : Katakanlah : “jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu “. Dan firman Alloh pula :
وَ رَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيءٍ, فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَ يُؤْتُونَ الزَّكاةَ و الَّذِيْنَ هُمْ بِآياتِنَا يُؤْمِنُون. الَّذِيْنَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّورَاةِ وَ الإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُم بِالْمَعْرُوفِ وَ يَنْهاهُمْ عَنِ الْمُنْكَر, وَ يُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّباتِ وَ يُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبائِثَ, وَ يَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَ اْلأَغْلالَ الَّتِي كانَتْ عَلَيْهِمْ,فَالَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَ عَزَّرُوْهُ وَ نَصَرُوْهُ وَ التّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْن.
Yang maksudnya:”Dan rohmatKu meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rohmatKu untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. Yaitu orang-orang yang mengikuti Rosul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati didalam Taurot dan Injil yang ada disisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharomkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur`an), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Dan firman Alloh pula:
قُلْ يَا أَيُّها النَّاسُ إِنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيْعًا, اَلَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّماوَاتِ وَاْلأَرْضِ لآ إِلهَ إِلاَّ هُوَ يُحْيِ وَ يُمِيْتُ فَآمِنُوْا بِاللهِ وَ رَسُوْلِه النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ الَّذِي يُؤمِنُوْا بِاللهِ وَ كَلِمَاتِهِ وَ التَّبَعُوهُ لَعَلَّكُم تَهْتَدُوْن.
Yang maksudnya: Katakanlah: “hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Alloh dan RosulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Alloh dan kepada kalimat-kalimatnya, dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.
وَ قَالَ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ : عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي (او كما قال)
Yang maksudnya bersabda Rasulullah SAW: “berpegang teguhlah kalian pada sunnahku (jalanku) dan sunnahnya khulafa arrasyidin yang mendapat petunjuk sepeninggalku”.
Adapun perjalanan hidup Nabi saw di dalam ibadah-ibadahnya, kebiasaan-kebiasaannya, perkataannya, perbuatannya serta perangai budi pekertinya sangatlah masyhur, dan amatlah jelas, maka ikutilah jalan tersebut dan janganlah menyimpang dari itu, karena kebaikan itu seluruhnya terdapat di dalam ittiba’ (mengikuti), sedangkan keburukan itu seluruhnya terdapat di dalam perbuatan yang menyimpang. Alloh SWT berfirman :
وَ أَنَّ هذا صِرَاطِي مُسْتَقِيْماً فَاتَّبِعُوْه، وَ لاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِه .
Yang maksudnya: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya (Alloh).
Dan firmanNya pula:
وَ مَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ, وَ مَا نَهاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا.
Yang maksudnya: Apa yang diberikan Rosul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.
Maka seluruh para sahabat Rosululloh saw telah benar-benar menjalani kehidupan mereka dengan aturan yang telah ditempuh oleh baginda Nabi saw kemudian mengerjakan sunnah-sunnahnya serta berjalan di atas jalannya saw, seperti sadatina AbiBakar, Umar, Ustman dan Ali, AlHasan, AlHusein, Fathimatuz-zahro serta seluruh istri- istri beliau saw dan para sahabat-sahabatnya yang lain(semoga Allah meridhoi mereka semua). Mereka adalah orang-orang yang adil lagi luhur, bijaksana serta baik perangainya, yang mana Al Qur’an sendiri memberikan persaksian atas mereka dan memuji perangai mereka semua. Begitu pula baginda Nabi saw juga memberi kesaksian atas mereka dan memuji mereka, serta memperingatkan dan mengancam atas pencacian kepada mereka.
Kemudian daripada itu tak ketinggalan pula kebanyakan daripada tabi’ien dan tabi’iettabi’ien juga berjalan di atas jalan ini, seperti para Aimmah Al-Mujtahidun Imam Syafi`i, Imam Ahmad, Imam Malik dan Imam Abi Hanifah (Rodhiyallohu `anhum). Begitu pula orang-orang yang mengikuti jalan mereka, seperti para ulama sufi (Rodhiyallohu `anhum). Mereka itulah ألسَّوَادُ اْلأَعْظَم yaitu golongan terbanyak dan firgoh yang selamat, dikarenakan mereka menempuh jalan yang telah dilalui Rasulullah saw beserta para sahabat-sahabatnya, yaitu berupa I’tiqod/keyakinan yang baik dan jalan yang lurus serta memberi bimbingan dengan tanpa mencela atas para sahabat Rosululloh saw. Bersamaan dengan hal ini semua lahirlah dari golongan tersebut para aulia-aulia Allah, aqtob, abdal dan autad yang jumlah mereka tak terhitung banyaknya. Mereka orang-orang yang bertakwa, lagi beristiqomah serta tergolong ahlussunnah wal jama’ah, ahli ilmu dan amal, ahli khusyu’ serta rendah hati. Mereka, bukanlah orang-orang yang lemah serta tidak rakus akan dunia, bahkan mereka sangat wara’, jujur dan ikhlas. Berapa banyak hal keadaan mereka yang baik, juga sifat-sifat keutamaan yang mereka miliki,sehingga pada hal-hal yang tak terbersit sekalipun pada benak kita. Merekalah para pengemban amanat Allah, mereka para kekasih Alloh. Yang mana Rosululloh saw bersabda tentang mereka : إِذَا رُؤُا ذُكِرَاللهُ,yaitu apabila mereka dilihat seketika itulah mengingatkan kita akan Alloh , yang mana dengan menyebut-nyebut mereka menyebabkan turunnya rahmat Allah SWT. Mereka adalah suatu kaum yang mana apabila seorang duduk bersama mereka tidak akan mendapat celaka. Pada perkataan mereka terpancar cahaya. Setiap perkataan mereka menjadi penerang serta hiasan bagi hati.
Walhamdulillah, kita bersyukur kepada Alloh bahwa perjalanan kita serta para pemimpin-pemimpin kita, para leluhur kita dan pendahulu kita dari golongan ‘alawiyien adalah berjalan pada manhaj dan jalan yang lurus lagi kokoh. Semenjak Imam kita Sayyiduna `Ali bin Abi Tholib menerimanya dari Rosululloh saw, begitu pula yang diterima oleh Sayyidatina Khodijah binti Khuwailid istri beliau saw, dan putri beliau Sayyidatina Fathimatuzzahro Al-Batul dan kedua putranya Sayyidinal-Hasan dan Sayyidinal-Husein (Rodhiyallohu `anhum). Kesemua mereka ini mengambil dari Rosululloh saw.
Lalu telah berjalan dengan jalan mereka pula serta mengambil juga menerima dari mereka, seperti Sayyidina `Ali bin Al-Husein yang dijuluki dengan Zainul-`abidin kemudian putra beliau Al-Imam Muhammadil-Baagir, kemudian putra beliau Al-Imam Ja`farus-Shoodiq, kemudian putra beliau Al-Imam Musal-Kaadzim dan Al-Imam `Ali Al-`Uroidhi, kemudian putra beliau Al-Imam Muhammad bin `Ali, kemudian putra beliau Al-Imam `Isa bin Muhammad, kemudian putra beliau Al-Imam Ahmad bin `Isa, kemudian putra beliau Sayyidina `Ubaidillah bin Ahmad, kemudian putra beliau Sayyidina `Alwi bin `Ubaidillah, kemudian putra beliau Sayyidina Muhammad bin `Alwi, kemudian putra beliau Sayyidina `Alwi bin Muhammad, kemudian putra beliau Sayyidina `Ali bin `Alwi Khooli` Gosam, kemudian putra beliau Sayyidina Muhammad bin `Ali Shoohib Mirbaath, kemudian putra beliau Sayyidina `Ali bin Muhammad serta saudaranya yang dikenal dengan `Ammul-Fagiih dan yang segenerasi dengan mereka berdua, kemudian Sayyidina Muhammad bin `Ali bin Muhammad bin `Ali yang bergelar Al-Fagiihil-Muqoddam dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib `Alwi dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib `Ali bin `Alwi dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib Muhammad bin `Ali Maulad-Dawiilah dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib `Abdurrohman Assaggoof dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib Abubakar As-Sakroon dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib `Abdulloh Al-`Aidarus dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib Abubakar Al-`Adni serta As-Sayyid `Abdurrohman bin `Ali bin Abibakar As-Sakroon dan yang segenerasi dengan mereka berdua, kemudian As-Sayyid `Umar bin Muhammad Ba-Syaibaan Al-`Alawi dan yang segenerasi dengannya, kemudian As-Sayyid As-Syech Abubakar bin Saalim dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib Husein bin Abibakar dan yang segenerasi dengannya, kemudian Al-habib `Umar bin `Abdurrohman Al-`Atthoos dan yang segenerasi dengannya, kemudian Al-habib `Abdulloh bin `Alwi Al-Haddad dan yang segenerasi dengannya, kemudian putra beliau Al-habib Hasan bin `Abdulloh Al-Haddad dan yang segenerasi dengannya, kemudian As-Sayyid Al-Haamid bin `Umar Al-`Alawi dan yang segenerasi dengannya, kemudian Al-habib `Umar bin Saggoof dan yang segenerasi dengannya.
Kemudian para ulama dari keturunan saadah `alawiyyin sampai zaman kita ini telah menerima dari mereka, yang mana tak sedikit pun masuk pada keyakinan mereka serta jalan hidup mereka perubahan maupun pergantian, melainkan mereka tetap atas jalan yang bersih lagi lurus. Oleh karena ini kita melihat dari mereka yang menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan semua yang diharamkan, kemudian mereka senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai macam ibadah-ibadah sunnah dan menghindari hal-hal yang makruh serta menimbulkan keinginan-keinginan duniawi.Tidak hanya hal-hal yang dilarang saja yang mereka hindari, bahkan yang mubahpun mereka batasi.mereka senantiasa menghiasi diri mereka dengan akhlaq yang mulia dan sifat-sifat yang luhur,bersamaan dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang tercela.Maka atas kekuasaan Alloh swt timbul dari mereka karamah yang nyata, juga ilmu yang mereka dapatkan dari karunia Alloh swt sehingga mereka mengetahui sebagian hal-hal yang ghoib, begitu pula perkara yang di luar kebiasaan, sekalipun karamah itu sesungguhnya adalah istiqomah, dan yang mereka tuju tidak lain adalah istiqomah itu sendiri, hanya saja timbulnya tanda-tanda kemuliaan tersebut untuk membuktikan bahwa merekalah pewaris Nabi saw secara sempurna di dalam seluruh hal ihwal mereka, yaitu dalam gerak gerik dan perkataan mereka. Merekalah ahlissir serta sumber hikmah dan cahaya. Mereka adalah para pecinta Allah , al`aarifuun billah, yaitu orang-orang yang benar-benar mengenal akan Alloh swt dan senantiasa ingat kepadaNya. Maka demi Allah tidaklah mencintai mereka melainkan orang mu`min dan tidaklah membenci mereka melainkan orang munafiq.
Demikianlah penuturan Al-Habib Abdulloh bin Husein bin Thohir tentang sedikit pengenalan pada thoriqoh `alawiyyah, yang mana para ulama al-akabir mengatakan, bahwa Al Qutub Al Habib Abdulloh Al Haddad menyimpulkan tentang Thoriqoh ‘Alawiyien itu dalam satu bait syairnya, yaitu :
وَالْزَمْ كِتابَ اللهِ وَاتْبَعْ سُنَّةً ٭ وَاقْتَدْ هَدَاكَ اللهُ بِاْلأَسْلافِ
“ lazimkanlah olehmu berpegang teguh pada Al Qur’an dan sunnahnya Nabi saw,serta ikutilah jalan para salafussholeh, niscaya Allah akan memberikan padamu petunjuk kejalannya”.
2013@Abdkadiralhamid
No comments:
Post a Comment